Kamis, 22 Mei 2014

"Pule, Indrayanti, Malio"

Terlintas di benak hati bahwa hidup adalah sebuah perjalanan. Perjalanan yang terduga namun membuat kita tak terduga. Terdapat banyak arti dalam indah kelamnya hidup ini. Seolah kita adalah manusia paling beruntung yang dapat merasakan indah kelam lautan cinta. Puncak kenikmatan merampas semua janji-janji akhir baligh yang terlewati. Tapi itu indah. Nikmat terduga tapi tak terduga. Terangnya cinta saat itu semakin meyakinkan bahwa dunia adalah nyata. Entah apa itu nyata, yang pasti aku, kamu, dan mereka telah datang sejak kita masih berasa biji jeruk. Inilah kenyataan hidup. Hamparan angin deras yang mengundang decak kagum, lebatnya ombak yang mendera jiwa batin menyiksa, pasir kerikil menggigil yang telah menjadi kaca hidup, dan luasnya lautan cinta yang semakin membesarkan namaNya. Ya, kita telah melewati itu. Bersama dan berpegang tangan memejamkan mata.

Sebelumnya, tak ada kata cinta diantara kita. Sangat munafik jika kita tak pernah merasakan yang namanya nikmat dusta. Dengan dusta kita tahu mana yang meluaskan dan mana yang menyempitkan. Luasnya samudera menjadi saksi bahwa doa adalah sebuah lantunan yang suci. Besarnya cinta antara ibu dan anaknya menjadi panutan dalam melangkah kedepan. Gemerlap gebyar sang pelangi sudah memutuskan untuk kita. Hanya sebuah jalan cahaya yang terang di depan mata kita, di genggaman tangan kita, dan mengalir dalam tubuh kita. Aku ingin kita merasakan nikmatnya cinta dalam canduan. Bukan cinta nafsu yang tak dapat kita hindari, yang kita nikmati tanpa mengadah ke atas. Bukan itu. Canduan cinta yang akan menyatukan kita ke dalam peraduan. Peraduan kini yang semakin menanjak seperti pegunungan Himalaya yang ada. Aku ingin kita melewati itu. Tak ada kata lain selain cinta. Namun pasti ada dusta. Dusta tak akan terlepas dari cinta. Dan cinta tak akan kuat menahan derasnya dusta. Cukup lantunan syair suci dari mulut manis kita menjadi pelembab bagi keduanya. Dimana sebuah kelembaban cinta candu di dalam peraduan yang sejatinya tak akan terpatahkan. Aku, kamu, dan mereka adalah kita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar